Pengalaman menjadi semi "commuter" yang pulang pergi Tangerang-Jakarta pertama kali cukup melelahkan. Sejak seminggu yang lalu saya "sekolah" lagi dengan mengambil short course IT di Binus (Bina Nusantara) Center di Jl.Syahdan di daerah Rawa Belong, ya sekitaran Palmerah-Slipi. Mengingat tempat kos yang cukup jauh di Tangerang dan karena perjalanan menggunakan angkot bisa dibilang tidak mungkin karena perjalanan akan memakan waktu berjam-jam. Jadi saya menggunakan Honda Karisma legendaris AB 3934 WF yang jam terbangnya di Jakarta sudah sangat tinggi, bahkan pernah babak belur sana sini entah karena "ndlosor" di bunderan Gading Serpong sampai pengemudinya berguling-guling hingga harus dilarikan ke RS, atau nyungsep di selokan di daerah Jatiuwung, Tangerang, atau menabrak bapak2 yang tidak bersalah hanya karena si pengemudi "kemrungsung" hingga si bapak keplenet motornya sendiri -untung tidak ada korban luka-luka dalam kejadian ini-.
Nah, perjalanan pertama menuju Binus saya memilih untuk lewat Daan Mogot, bukan Ciledug, apalagi lewat jalan tol jelas nggak boleh karena walaupun Honda Karisma ini tidak kalah beken dengan sedan Jaguar atau Lamborghini Gallardo yang sekarang sudah bersliweran di Jakarta, namun sayangnya rodanya cuma 2, padahal di pintu masuk tol ada larangan "Hanya untuk roda 4 atau lebih" alhasil saya mesti mengalah dan mengambil jalan memutar.
Jangan dibayangkan Daan Mogot itu seperti jalan raya Jogja-Solo yang lengang dan mulus, meskipun 2x lebih lebar tapi penuh dengan angkot yang berhenti seenak wudelnya sendiri sehingga pengemudi roda 2 di jalan ini mesti mahir slalom dan menebalkan kuping karena dimaki pengemudi roda 4. Asal tahu saja profil kendaraan bermotor di Daan Mogot selain roda 2 juga ada roda 3 (baca:bemo atau bajaj yang kata orang kalau mau belok hanya si supir dan Tuhan yang tahu karenanya suka bikin deg2-an pas lagi didekatnya), roda 4 (mobil pribadi, angkot tanggung yang banyak sekali jenisnya, bis kota tanggung macam kopaja), roda 6 (bis antar kota yang gede2, bus transjakarta yang terkenal itu, kadang2 juga ada Forklift yang kecepatannya paling banter 10 km/jam dan bentuknya serem karena di depannya ada garpunya apalagi kalo lagi macet), roda 10 (jenis dump truck kebanyakan Nissan UD warna ijo yang tinggi sekali, truk molen yang hanya berputar2 dan banyak bikin macet di belokan2 sempit), roda 18 (biasanya ini truk peti kemas yang gedenya minta ampun dan menuh-menuhin jalan yang di petinya bertuliskan "Kalla Lines" atau "Maersk", truk penuang semen), roda 20 (ini yang lebih besar lagi biasanya mengangkut mesin-mesin pabrik, pipa-pipa raksasa, atau beton2 untuk jembatan layang, truk yang ada katrolnya), kemudian roda 28 (truk gandeng), dan yang terakhir roda 31 (truk ngapusi, mana ada roda 31..hehe)
Nah dengan profil yang demikian tentu saja jalanan menjadi penuh sesak, apalagi bila ada jalan menanjak sedikit saja maka antrian akan mengular panjang contohnya tepat di atas jembatan Cengkareng Drain yang tidak pernah absen macetnya, hal ini membuat para pengendara roda 2 menjadi kreatif dan menyerobot jalur busway, sebuah aksi yang seru akan terjadi kalau tiba-tiba di salah satu persimpangan jalur busway --biasanya di dekat terminal Kali Deres- ada seorang polisi yang nampang dari jauh udah kelihatan jaket kuning menyalanya kemudian berbondong-bondong para pengemudi roda 2 yang menyerobot tadi berbelok tergesa-gesa mengangkat motornya keluar dari jalur busway seperti ibu2 yang mencincing dasternya --biasanya di musim hujan di sekitar Cengkareng Drain juga-- mereka menyelamatkan diri ke jalan karena banjir, kecuali 1-2 pengendara yang apes kena tilang 25 ribu melayang.Perjalanan via Daan Mogot tidak jauh beda kondisinya ketika sampai di bilangan Grogol yang penuh dengan manusia pagi-siang-malam, hingga jam 11 malam perempatan itu masih penuh dengan manusia.
Kemacetan lebih parah secara rutin terjadi di lajur Grogol-Tomang sekitar pukul 6 sore yang "bangjo"-nya menyala hijau selama 25 detik dan merah selama 115 detik jadi antriannya bisa sampai 1-2 kilometer. Begitu pula di jalur Tomang-Slipi Jaya yang juga penuh sampai roda 2 saja yang biasanya bisa lincah seperti kancil kali ini ikut merayap bersama ribuan mobil pribadi dan bus-bus PPD ringsek (Perusahaan Pengangkutan Djakarta) yang asap knalpotnya hitam membumbung tinggi.Baru setelah Slipi Jaya jalanan menjadi relatif lebih lega namun yang merepotkan di jalur Slipi Jaya - Kemanggisan - Rawa Belong ini adalah banyaknya jalan 1 arah sehingga harus berputar-putar alhasil perjalanan Tangerang - Rawa Belong paling cepat 2 jam dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam sudah terhitung macetnya. Dalam kondisi normal perjalanan memakan waktu paling lama 50 menit tentu saja dengan dengan Honda Karisma AB 3934 WF yang legendaris itu. :D
No comments:
Post a Comment
komentar disini bro!