Satu lagi Jendral andalan pasukan Jerman dalam perang dunia 2 adalah General der Panzertruppe Hasso von Manteuffel (14 January, 1897 – 24 September, 1978). Manteuffel memimpin "5th Panzer Army" bagian pasukan Jerman dalam serangan ofensif terakhir di "Battle of the Bulge" dalam operasi "Wacth am Rhein" sebelum akhirnya didesak pasukan sekutu hingga mundur. Serangan ini begitu terencana hingga pasukan sekutu sempat terpukul mundur dan hanya beberapa divisi khususnya 101st Airborne Division (divisi pasukan terjun payung Amerika) yang mencoba memberikan bantuan pada pasukan yang terjebak, kemudian justru terkepung di kota Bastogne Belgia, dan mencoba terus bertahan memperlambat laju pasukan Manteuffel sebelum akhirnya mendapatkan bantuan dari pasukan "3rd Army" pimpinan Jendral George S.Patton.Ia juga salah satu penerima penghargaan militer tertinggi di Jerman, Knight's Cross with Oak Leaves, Swords and Diamonds.
Hasso-Eccard Freiherr von Manteuffel (14 January, 1897 – 24 September, 1978) lahir di Potsdam dari sebuah keluarga bangsawan Prussia, "Freiherr" sendiri adalah gelar bangsawan yang dalam istilah lain disebut "Baron".Setelah Perang Dunia (PD) 1 Manteufell mengajar sebagai professor pada umur 44 tahun di Panzer Troop School II di Berlin-Krampnitz hingga 1941, sehingga ia tidak ambil bagian dalam invasi Polandia dan "Battle of France" sampai dipanggil kembali bertugas pada 1 Mei 1941 komandan 1st Batallion dari 7th Panzer Division pimpinan Generaloberst Hermann Hoth dalam "Operation Barbarrosa" untuk menginvasi Uni Soviet.
Pada 1942 Manteuffel ditransfer ke Prancis kemudian di awal 1943 ia dikirim ke Afrika bergabung dengan Afrikakorps dibawah pimpinan Generalfeldmarschall Erwin Rommel.Bertempur selama 3 bulan dan berhasil menahan serangan dan menyerang balik pasukan Inggris di Battle of Tunisia,Manteuffel kemudian dipromosikan menjadi Mayor Jendral namun pria Jerman yang termasuk berperawakan kecil ini jatuh sakit dan dikirim pulang ke Jerman.
Sebulan kemudian ia kembali bertugas dan ditempatkan di front timur melawan Uni soviet. Disini Manteuffel mulai bersinar ketika menjadi komandan 7th Panzer Division, yang baru saja menderita kekalahan di Battle of Kursk. Ia mereorganisasi kembali divisi ini dan melakukan serangan balik dan sukses dalam pertempuran di Ukraina, Kharkov, dan Belgorod. Ketika kemudian mengkomandani divisi elit "Großdeutschland Grenadier Division" Mantauffel berhasil menguasai jembatan penghubung Volga - Moskow yang hanya sepelemparan batu dengan ibukota Uni Soviet, Moskow. Kendati tak lama kemudian pasukan Mantauffel harus meninggalkan jembatan mengingat pasukan Jerman lainnya tak kunjung datang.
Dalam perang di Rusia ini, kendaraan Panzer komando yang ditumpangi Jendral Hasso von Mauntaufel berhasil ditembak oleh AU Rusia sehingga Mantauffel mengalami luka parah dan ia lagi-lagi harus kembali ke Jerman untuk dirawat. Pada bulan Mei 1944 ia dipromosikan menjadi "General der Panzertruppen" (General of Panzer Troops) dan mengkomandani Pasukan Panser ke-5 (Fifth Panzer Army) di Front Barat untuk menghadang pasukan sekutu. Disini ia ikut ambil bagian dalam serangan besar pasukan Jerman yang terakhir dalam Operasi "Watch am Rhein".
Dalam operasi ini Hitler ingin mengulang kesuksesan "Battle of France" dengan menggunakan taktik yang sama, yaitu menyerang pasukan sekutu -yang sudah sampai di perbatasan Jerman namun terhenti karena jalur suplai yang lambat setelah kegagalan "Operation Market Garden"- secara frontal dan cepat di beberapa titik strategis (blitzkrieg) melewati Hutan Ardennes, Belgia meski ditentang oleh dua Jendralnya, Gerd von Rundstedt dan Walther Model. Hitler jalan terus dan yakin bahwa operasi ini akan berhasil memecah kekuatan sekutu di utara (9th Army) dan di selatan (3rd Army) yang akan memaksa sekutu untuk berunding sehingga Jerman bisa fokus melawan Uni Soviet di Front Timur.
Empat Army Group dipilih untuk menembus pertahanan sekutu yaitu Sixth SS Panzer Army pimpinan Generaloberst Sepp Dietrich menyerang dari utara, Fifth Panzer Army pimpinan General der Panzertruppe Hasso von Manteuffel menyerang dari tengah, Seventh Army pimpinan Generaloberst Erich Brandenberger menyerang dari selatan, dan sebagai pasukan cadangan adalah Fifteenth Army pimpinan General der Infanterie Gustav-Adolf von Zangen. Dalam Operasi ini pasukan Dietrich tertahan di kota Lanzerath, Belgia menghadapi pasukan sekutu yang gigih bertahan, Branderberger tertahan di Luxemburg, dan von Zangen tak dapat berbuat banyak karena posisinya di utara di belakang pasukan Dietrich. Hanya pasukan Manteuffel yang bergerak maju tak terbendung dengan ratusan tank dan kendaraan lapis baja yang menggulung dua divisi pasukan sekutu "28th dan 106th infantry division", menahan 7,000 tentara sekutu yang menyerah dan mengepung kota Bastogne.
Gerak Maju 5th Panzer pimpinan Manteuffel
Gerak maju Manteuffel ini tidak diikuti oleh 2 pasukan yang lain yang menyebabkan Manteuffel kesulitan ketika pasukan sekutu mulai mendapatkan bantuan dan garis depan pasukannya menjadi semakin menyempit dan kemudian terjepit. Dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk maju ia minta izin Hitler untuk mundur dan mengkonsolidasikan pasukan yang tersebar namun ditolak mentah-mentah hingga Januari 1945 suhu udara musim dingin benar-benar membekukan, bahkan truk dan tank harus dihidupkan setiap setengah jam supaya bensin tidak membeku, akhirnya setelah benar-benar kehabisan bahan bakar dan terdesak ia mundur dan meninggalkan sebagian besar kendaraan lapis baja-nya.
Pada 10 Maret 1945 Manteuffel kembali ditempatkan di front timur memimpin 3rd Panzer Army di bawah komando Army Group Vistula pimpinan Jendral Gotthard Heinrici. Disini ia ditugaskan untuk menahan pasukan Uni Soviet 2nd Belorussian Front pimpinan Jendral Konstantin Rokossovsky supaya tidak memasuki kota Berlin. Pasukannya ditempatkan di garis depan dan lagi-lagi karena kekurangan suplai dan gelombang serangan Soviet yang tak ada habisnya, ia terdesak dan terus bertahan sampai beberapa pasukan Soviet terdepan menyerang markas komando (Headquarter/HQ) - nya membunuh 4 orang staffnya sampai ia sendiri bertempur satu lawan satu, menembak seorang tentara Soviet dan membunuh beberapa yang lain dengan pisau komandonya. Dalam keadaan genting karena sebagian besar pasukannya sudah tercerai berai Manteuffel memerintahkan untuk mundur dan ia dilepaskan dari jabatannya.
Pada 10 Maret 1945 Manteuffel kembali ditempatkan di front timur memimpin 3rd Panzer Army di bawah komando Army Group Vistula pimpinan Jendral Gotthard Heinrici. Disini ia ditugaskan untuk menahan pasukan Uni Soviet 2nd Belorussian Front pimpinan Jendral Konstantin Rokossovsky supaya tidak memasuki kota Berlin. Pasukannya ditempatkan di garis depan dan lagi-lagi karena kekurangan suplai dan gelombang serangan Soviet yang tak ada habisnya, ia terdesak dan terus bertahan sampai beberapa pasukan Soviet terdepan menyerang markas komando (Headquarter/HQ) - nya membunuh 4 orang staffnya sampai ia sendiri bertempur satu lawan satu, menembak seorang tentara Soviet dan membunuh beberapa yang lain dengan pisau komandonya. Dalam keadaan genting karena sebagian besar pasukannya sudah tercerai berai Manteuffel memerintahkan untuk mundur dan ia dilepaskan dari jabatannya.
Pada bulan Mei 1945 Manteuffel ditangkap pasukan sekutu dan dibebaskan dari tahanan pada 1947. Setelah itu ia menjadi politisi Jerman Barat dan menjadi anggota parlemen dari 1953-1957. Mantan Jendral yang juga seorang professor ini karena bahasa Inggrisnya yang fasih juga menjadi dosen tamu di Akademi Militer Amerika, West Point tahun 1968 dan menjadi tamu khusus presiden Eisenhower di gedung putih. Ia meninggal di Austria 24 September 1978
No comments:
Post a Comment
komentar disini bro!