" Hari ini Anda adalah orang yang sama dengan Anda di lima tahun mendatang, kecuali dua hal : orang-orang di sekeliling Anda dan buku-buku yang Anda baca..."

Saturday, June 27, 2009

General der Panzertruppe Hasso von Manteuffel (14 January, 1897 – 24 September, 1978)


Satu lagi Jendral andalan pasukan Jerman dalam perang dunia 2 adalah General der Panzertruppe Hasso von Manteuffel (14 January, 1897 – 24 September, 1978). Manteuffel memimpin "5th Panzer Army" bagian pasukan Jerman dalam serangan ofensif terakhir di "Battle of the Bulge" dalam operasi "Wacth am Rhein" sebelum akhirnya didesak pasukan sekutu hingga mundur. Serangan ini begitu terencana hingga pasukan sekutu sempat terpukul mundur dan hanya beberapa divisi khususnya 101st Airborne Division (divisi pasukan terjun payung Amerika) yang mencoba memberikan bantuan pada pasukan yang terjebak, kemudian justru terkepung di kota Bastogne Belgia, dan mencoba terus bertahan memperlambat laju pasukan Manteuffel sebelum akhirnya mendapatkan bantuan dari pasukan "3rd Army" pimpinan Jendral George S.Patton.Ia juga salah satu penerima penghargaan militer tertinggi di Jerman, Knight's Cross with Oak Leaves, Swords and Diamonds.

Hasso-Eccard Freiherr von Manteuffel (14 January, 1897 – 24 September, 1978) lahir di Potsdam dari sebuah keluarga bangsawan Prussia, "Freiherr" sendiri adalah gelar bangsawan yang dalam istilah lain disebut "Baron".Setelah Perang Dunia (PD) 1 Manteufell mengajar sebagai professor pada umur 44 tahun di Panzer Troop School II di Berlin-Krampnitz hingga 1941, sehingga ia tidak ambil bagian dalam invasi Polandia dan "Battle of France" sampai dipanggil kembali bertugas pada 1 Mei 1941 komandan 1st Batallion dari 7th Panzer Division pimpinan Generaloberst Hermann Hoth dalam "Operation Barbarrosa" untuk menginvasi Uni Soviet.

Pada 1942 Manteuffel ditransfer ke Prancis kemudian di awal 1943 ia dikirim ke Afrika bergabung dengan Afrikakorps dibawah pimpinan Generalfeldmarschall Erwin Rommel.Bertempur selama 3 bulan dan berhasil menahan serangan dan menyerang balik pasukan Inggris di Battle of Tunisia,Manteuffel kemudian dipromosikan menjadi Mayor Jendral namun pria Jerman yang termasuk berperawakan kecil ini jatuh sakit dan dikirim pulang ke Jerman.

Sebulan kemudian ia kembali bertugas dan ditempatkan di front timur melawan Uni soviet. Disini Manteuffel mulai bersinar ketika menjadi komandan 7th Panzer Division, yang baru saja menderita kekalahan di Battle of Kursk. Ia mereorganisasi kembali divisi ini dan melakukan serangan balik dan sukses dalam pertempuran di Ukraina, Kharkov, dan Belgorod. Ketika kemudian mengkomandani divisi elit "Großdeutschland Grenadier Division" Mantauffel berhasil menguasai jembatan penghubung Volga - Moskow yang hanya sepelemparan batu dengan ibukota Uni Soviet, Moskow. Kendati tak lama kemudian pasukan Mantauffel harus meninggalkan jembatan mengingat pasukan Jerman lainnya tak kunjung datang.

Dalam perang di Rusia ini, kendaraan Panzer komando yang ditumpangi Jendral Hasso von Mauntaufel berhasil ditembak oleh AU Rusia sehingga Mantauffel mengalami luka parah dan ia lagi-lagi harus kembali ke Jerman untuk dirawat. Pada bulan Mei 1944 ia dipromosikan menjadi "General der Panzertruppen" (General of Panzer Troops) dan mengkomandani Pasukan Panser ke-5 (Fifth Panzer Army) di Front Barat untuk menghadang pasukan sekutu. Disini ia ikut ambil bagian dalam serangan besar pasukan Jerman yang terakhir dalam Operasi "Watch am Rhein".

Dalam operasi ini Hitler ingin mengulang kesuksesan "Battle of France" dengan menggunakan taktik yang sama, yaitu menyerang pasukan sekutu -yang sudah sampai di perbatasan Jerman namun terhenti karena jalur suplai yang lambat setelah kegagalan "Operation Market Garden"- secara frontal dan cepat di beberapa titik strategis (blitzkrieg) melewati Hutan Ardennes, Belgia meski ditentang oleh dua Jendralnya, Gerd von Rundstedt dan Walther Model. Hitler jalan terus dan yakin bahwa operasi ini akan berhasil memecah kekuatan sekutu di utara (9th Army) dan di selatan (3rd Army) yang akan memaksa sekutu untuk berunding sehingga Jerman bisa fokus melawan Uni Soviet di Front Timur.


Empat Army Group dipilih untuk menembus pertahanan sekutu yaitu Sixth SS Panzer Army pimpinan Generaloberst Sepp Dietrich menyerang dari utara, Fifth Panzer Army pimpinan General der Panzertruppe Hasso von Manteuffel menyerang dari tengah, Seventh Army pimpinan Generaloberst Erich Brandenberger menyerang dari selatan, dan sebagai pasukan cadangan adalah Fifteenth Army pimpinan General der Infanterie Gustav-Adolf von Zangen. Dalam Operasi ini pasukan Dietrich tertahan di kota Lanzerath, Belgia menghadapi pasukan sekutu yang gigih bertahan, Branderberger tertahan di Luxemburg, dan von Zangen tak dapat berbuat banyak karena posisinya di utara di belakang pasukan Dietrich. Hanya pasukan Manteuffel yang bergerak maju tak terbendung dengan ratusan tank dan kendaraan lapis baja yang menggulung dua divisi pasukan sekutu "28th dan 106th infantry division", menahan 7,000 tentara sekutu yang menyerah dan mengepung kota Bastogne.

Gerak Maju 5th Panzer pimpinan Manteuffel

Gerak maju Manteuffel ini tidak diikuti oleh 2 pasukan yang lain yang menyebabkan Manteuffel kesulitan ketika pasukan sekutu mulai mendapatkan bantuan dan garis depan pasukannya menjadi semakin menyempit dan kemudian terjepit. Dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk maju ia minta izin Hitler untuk mundur dan mengkonsolidasikan pasukan yang tersebar namun ditolak mentah-mentah hingga Januari 1945 suhu udara musim dingin benar-benar membekukan, bahkan truk dan tank harus dihidupkan setiap setengah jam supaya bensin tidak membeku, akhirnya setelah benar-benar kehabisan bahan bakar dan terdesak ia mundur dan meninggalkan sebagian besar kendaraan lapis baja-nya.

Pada 10 Maret 1945 Manteuffel kembali ditempatkan di front timur memimpin 3rd Panzer Army di bawah komando Army Group Vistula pimpinan Jendral Gotthard Heinrici. Disini ia ditugaskan untuk menahan pasukan Uni Soviet 2nd Belorussian Front pimpinan Jendral Konstantin Rokossovsky supaya tidak memasuki kota Berlin. Pasukannya ditempatkan di garis depan dan lagi-lagi karena kekurangan suplai dan gelombang serangan Soviet yang tak ada habisnya, ia terdesak dan terus bertahan sampai beberapa pasukan Soviet terdepan menyerang markas komando (Headquarter/HQ) - nya membunuh 4 orang staffnya sampai ia sendiri bertempur satu lawan satu, menembak seorang tentara Soviet dan membunuh beberapa yang lain dengan pisau komandonya. Dalam keadaan genting karena sebagian besar pasukannya sudah tercerai berai Manteuffel memerintahkan untuk mundur dan ia dilepaskan dari jabatannya.

Pada bulan Mei 1945 Manteuffel ditangkap pasukan sekutu dan dibebaskan dari tahanan pada 1947. Setelah itu ia menjadi politisi Jerman Barat dan menjadi anggota parlemen dari 1953-1957. Mantan Jendral yang juga seorang professor ini karena bahasa Inggrisnya yang fasih juga menjadi dosen tamu di Akademi Militer Amerika, West Point tahun 1968 dan menjadi tamu khusus presiden Eisenhower di gedung putih. Ia meninggal di Austria 24 September 1978

Friday, April 17, 2009

Generalfeldmarschall Erwin Rommel (The Desert Fox)


Seperti halnya von Manstein, Generalfeldmarschall Erwin Rommel (15 November 1891 – 14 October 1944) juga seorang ahli taktik dalam pertempuran terutama perang gurun. Namun Rommel yang juga memiliki julukan "Rubah Gurun" (Desert Fox) ini jauh lebih dikenal meskipun lingkup kepemimpinannya lebih kecil daripada Manstein. Puncak kesuksesan Rommel adalah ketika dia memegang kepemimpinan divisional yaitu Deutsches Afrikakorps dan mengalahkan Inggris di Libya, berbeda dengan Manstein yang memimpin Army Group. Hal ini yang membuat Manstein bisa dikatakan lebih senior juga lebih mumpuni daripada Rommel, namun lepas dari itu keduanya merupakan ahli strategi perang dari Jerman yang paling disegani pada masanya.

Rommel sangat dikenal sebagai seorang yang sangat sopan humanis, bahkan sekutu sekalipun menghormati Jendral yang satu ini. Ketika Jendral Jerman yang lain tidak mempedulikan apakah tawanan perang perlu dibunuh atau tidak. Rommel sangat memperhatikan nasib tawanannya, bahkan untuk mengorek keterangan dari mereka Rommel tidak pernah percaya metode siksa itu efektif, justru ia sendiri sebagai komandan tertinggi mendatangi sendiri tawanannya, mengundangnya makan dan ia mengajaknya mengobrol santai mengenai hobinya, dengan kesabaran yang tinggi dan baru setelah berkali-kali bertemu dan ada kedekatan personal Rommel mulai "menginterogasi" tanpa si tawanan tahu bahwa dirinya sedang diinterogasi. Setelah keterangan didapat Rommel akan membebaskan sang tawanan dan diminta kembali ke kesatuannya. Pada akhir Perang Dunia (PD) 2 seluruh anggota Divisi Afrikakorps tidak dituduh sebagai penjahat perang, karena perlakuan baiknya pada tawanan perang, Rommel juga mengabaikan perintah untuk membunuh tawanan Yahudi.

Bahkan ketika Rommel didekati oleh Jendral Ludwig van Beck dan Dr.Carl Goerdener untuk bergabung dalam kelompok "July Plot" dan merencanakan pembunuhan Hitler dan Rommel menolak bukan karena ia pendukung Hitler, tapi ia menolak karena ia tidak setuju bila Hitler dibunuh karena justru menjadikannya seorang martir, ia menyarankan Hitler ditangkap dan diadili.Meskipun akhirnya tidak tergabung dalam kelompok ini, ketika usaha pembunuhan Hitler itu gagal Rommel ikut ditangkap karena dianggap mendukung pemberontakan tersebut dan ia diminta memilih ditangkap bersama keluarganya kemudian dituduh menghianati negara atau bunuh diri dengan meminum racun dan keluarganya tidak akan diganggu. Rommel memilih yang kedua. Ia meninggal pada Oktober 1944 dan saat itu secara resmi diberitakan meninggal karena kanker otak.

Erwin Johannes Eugen Rommel lahir di Heidenheim, Jerman pada 15 November 1891. Ia seorang anak kepala sekolah yang karena gagal masuk sekolah teknik lalu bergabung dengan angkatan bersenjata (AB) Jerman. Sebagai seorang letnan di Front Barat (western front) pada PD 1 Rommel mendapatkan tanda jasa keberanian "Iron Cross" bulan Januari 1915. Setelah PD 1 usai, Rommel mengajar di Sekolah Infantri Dresden dan kemudian pada 1937 menerbitkan buku "Infanterie greift" (Infantry Attacks) dan "Panzer greift" (Tank Attacks) terbit pada tahun 1938.Pada operasi "Fall Gelb" (Case Yellow) untuk menyerang Prancis pada 1940 Rommel mengkomandani 7th Panzer Division yang merupakan bagian dari "XV Korps" yang dikomandani oleh Generaloberst Hermann Hoth. divisi ini juga dijuluki "Divisi Hantu" (Ghost division) karena serangannya yang sangat cepat, tak terduga, dan mengandalkan kecepatan ini untuk meruntuhkan moral musuh. Divisi ini yang merangsek tentara ekspedisi Inggris (British Expeditionary Forces / BEF) ke utara hingga terdesak hingga ke selat Inggris di Dunkirk dan menusuk ke pedalaman Prancis hingga ke perbatasan Spanyol tanpa terkalahkan meskipun sebenarnya tank-tank "Panzerkampfewagen/Pzkfw IV" (Panzer/Pz IV) Jerman lebih lemah dan kalibernya lebih kecil daripada Tank Matilda milik Inggris dan Prancis kala itu yang sangat kuat, namun lamban. Selain kecepatan, taktik Rommel untuk menghancurkan divisi tank Inggris dan Prancis adalah dengan menggunakan meriam "88mm guns" yang sejatinya adalah meriam anti serangan udara namun efektif digunakan untuk menghancurkan tank.

Pada awal 1941 Rommel dikirim ke Afrika dan mengkomandani "Deutsches Afrikakorps" dalam "Operation Sonnenblume" untuk membantu tentara Italia yang baru saja dikalahkan pasukan Inggris yang dikomandani Mayor Jendral Richard O'Connor. Rommel diperintahkan untuk mengambil posisi bertahan (defensive) di Agedabia dan Benghazi. Namun Rommel lagi-lagi menyarankan bahwa kecepatan adalah yang utama. Rommel memilih untuk menyerang dan menguasai seluruh semenanjung Cyrenea di Libya untuk meruntuhkan moral pasukan Inggris. Langkah berani dan nekat ini yang membuat Rommel dikenal sebagai ahli taktik "blitzkrieg" (serangan kilat), meski dengan pasukan yang pas-pasan karena suplai logistik yang terbatas disebabkan dominasi kekuatan laut Inggris di selat gibraltar dan laut tengah banyak menenggelamkan kapal-kapal Jerman.

Rommel mulai menyerang Agedabia bulan Maret 1941 dan membuat pasukan Inggris mundur ke Benghazi. Serangan kilat ini membuat Komandan Tertinggi pasukan Inggris Timur Tengah, Jendral Archibald Percival Wavell kurang "pede" dan memerintahkan pasukan mundur dari Benghazi karena mengira pasukan Jerman sangat kuat. Rommel sendiri selalu memimpin pasukan di garis depan di setiap pertempuran dan ini menumbuhkan kepercayaan diri pasukannya dan melemahkan moral musuhnya. Namun Rommel tidak menyadari kelemahan utama pasukan Jerman, yaitu suplai logistik yang seret ditambah garis depan yang semakin jauh dari markas utama (headquarter/HQ) karena pasukan terus maju dan Rommel tidak pernah ke HQ karena terus ikut bertempur, kelemahan ini sudah disampaikan oleh beberapa stafnya yaitu Generalmajor Johannes Streich, komandan 5th Light Division dan komandan pasukan Italia, Jendral Italo Garibaldi. Namun Rommel menanggapinya dengan enteng "Kita tidak bisa membiarkan kesempatan emas ini hilang hanya karena masalah sepele!"


Sementara itu melihat pasukan Inggris semakin terdesak Rommel terus merangsek, merebut berbagai kota hingga ke Gazala. Pasukan Inggris bertahan di Tobruk (Siege of Tobruk), di kota ini Inggris memiliki keunggulan karena disini terdapat pelabuhan besar dan suplai logistik berdatangan memperkuat pasukan Inggris di bawah komando Letnan Jendral Philip Neame dan stafnya Mayor Jendral Richard O'Connor. Pasukan Rommel tertahan disini dan mengira bahwa pasukan Inggris yang terdesak mulai dievakuasi lewat pelabuhan, seperti di Dunkirk. Namun yang terjadi justru sebaliknya kapal-kapal Inggris bukannya menyelamatkan tapi menambah jumlah pasukan dan tank untuk memberikan bantuan. Kondisi ini membuat Tobruk semakin kuat dan Jendral Heinrich Kirchheim, staf Rommel, mulai menyadari hal ini dan mengkritik Rommel yang terlalu "pede" untuk terus menyerang.

Pasukan Jerman yang mengepung Tobruk kemudian diserang balik dalam "Operation Crusader" oleh pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Claude Auchinleck yang menggantikan Jendral Archibald Wavell. Saat itu Rommel mengepung dengan kekuatan 260 tank dan dibantu pasukan Italia dengan 154 tank tanpa dukungan pesawat tempur, sedangkan Inggris yang dikepung berkekuatan 770 tank dan 1000 pesawat tempur didalamnya termasuk "XXX corps", "XIII corps", dan British 8th Army.Rommel tahu benar kekuatan pasukannya kalah jumlah, namun ia punya taktik jitu yaitu dengan membuat "mock-up tank" atau tank palsu di markasnya dengan kayu untuk mengelabui pesawat pengintai Inggris, sehingga Inggris mengira kekuatan pasukan Rommel hingga 2 atau 3 kali lebih banyak daripada yang sebenarnya.Auchinlek yang tidak menyadari kekuatan pasukan Jerman yang kecil tidak berani menyerang secara frontal dan justru memerintahkan "XXX corps" menyerang pasukan Italia yang berada di kota Bardia dengan susah payah untuk memancing Rommel melepaskan kepungannya, namun Rommel tidak terpancing dan justru pasukan Inggris yang kemudian terkepung di Bir el Gobi. 15th Panzer Division Afrikakorps dan Ariete Italian Division kemudian menghancurkan "XXX corps" dan melemahkan superioritas pasukan Inggris.

Pertempuran terakhir itu semakin melemahkan Afrikakorps meski tidak disadari Inggris, Rommel hanya memiliki 100 tank dan terus dibombardir oleh RAF (Royal Air Forces/ AU Inggris) dan memutuskan untuk mundur ke Gazala kemudian mengambil posisi bertahan di El Agheila pada Desember 1941. Pada bulan April 1942 Afrikakorps memperoleh bantuan suplai logistik dan tank baru membuat Rommel merencanakan kembali menyerang Inggris dengan kekuatan 320 tank Jerman dan 240 tank Italia dalam "Battle of Gazala". Sementara Inggris berkekuatan 900 tank, 200 diantaranya "Grant Heavy Tank" yang baru saja datang. Serangan kilat Rommel ini lagi-lagi membuat pasukan Inggris semakin turun moralnya dan pada tanggal 15 Juni 1942 33,000 pasukan Inggris menyerah di Tobruk. Rommel kemudian dipromosikan menjadi GeneralFeldmarschall atas kemenangan ini.

Tidak berhenti sampai disitu Rommel kemudian terus merangsek hingga ke El-Alamein di perbatasan Mesir dan kembali memperoleh kemenangan namun masalah awal kembali terjadi akibat suplai logistik kembali seret Afrikakorps yang kini menguasai wilayah yang begitu luas, tapi tidak memperoleh bantuan logistik yang memadai.Inggris, yang menyadari ancaman Rommel bahwa kemenangan bukan dari superioritas jumlah tapi dari karakter pemimpinnya kemudian mengganti lagi komandan pasukannya. Auchinlek digantikan Jendral Harold Alexander dan stafnya Jendral Bernard Montgomery serta mendapatkan 100,000 ton suplai logistik dari Mesir untuk memperkuat pasukan. Sementara itu meskipun menguasai kota-kota utama Afrikakorps yang terdiri dari 15th and 21st Panzer Division, 90th Light Division dan Italian XX Motorized Corps tetap terkatung-katung.

Pada bulan September 1942 Rommel jatuh sakit dan ketika Inggris menyerang, ia berada di Italia. Afrikakorps dipimpin oleh General Georg Stumme dan mampu bertahan dari serangan Inggris di El-Alamein, ketika Rommel kembali muncul permasalahan besar akan ketiadaan bahan bakar dan hanya bisa bertahan dari gempuran artileri dan serangan udara Inggris hingga Rommel pada akhirnya hanya memiliki 35 tank dalam pasukannya dan memutuskan untuk mundur dari El-Alamein ketika Jendral Montgomery menyerangnya dengan kekuatan 500 tank. Ketika mundur dengan kekuatannya yang sangat terbatas Rommel masih sempat menghancurkan pasukan Amerika "U.S. II Corps" yang berusaha memotong jalur suplai Afrikakorps di Tunisia pada "Battle of Kasserine Pass". Pada Januari 1943 Rommel diperintahkan kembali ke Jerman untuk menyiapkan pertahanan dari serangan sekutu di Prancis dan menyerahkan komando "Panzer Army Africa" pada Jendral Giovanni Messe dari pasukan Italia, kemudian pada 13 Mei 1943 Messe dan sisa pasukannya menyerah pada sekutu.Dalam surat-menyurat dengan istrinya di akhir perang Afrika, kemudian Rommel menyadari kesalahannya dan ketidaksabarannya untuk meraih kemenangan justru menyerangnya balik hingga pasukan Jerman dikalahkan di Afrika.


Belajar dari pengalaman perang tank di Afrika, Rommel menyarankan untuk membubarkan divisi-divisi tank menjadi kesatuan2 kecil karena pergerakan tank dalam jumlah yang besar akan menjadi santapan empuk pesawat-pesawat tempur sekutu dan angkatan udara Jerman (Luftwaffe) jelas pada saat itu sudah lemah dan tidak bisa menandingi kekuatan udara sekutu. Rencana ini ditentang mantan atasannya Jendral Gerd von Rundstedt. Selain itu Rommel memperkirakan sekutu akan mendarat di Normandy, sementara Jendral yang lain menyiapkan pertahanan di Pas-de-Calais. Kesimpangsiuran strategi ini kemudian membuat kekuatan Jerman terpecah-pecah. Terbukti kemudian sekutu mendarat di Normandy pada tanggal 6 Juni 1944. Pada Juli 1944 Rommel mengalami kecelakaan mobil dan harus dirawat hingga ia tidak memiliki peran dalam melawan sekutu pada saat itu dan praktis perannya sudah habis ketika ia dituduh berkhianat dan dipaksa bunuh diri 3 bulan kemudian.

Wednesday, April 15, 2009

Generalfeldmarschall Erich von Manstein (Jendral ahli strategi)


Generalfeldmarschall Erich von Manstein (November 24, 1887–June 9, 1973), salah satu jendral jenius strategi di pihak angkatan bersenjata (AB) "wehrmacht" Jerman, pada perang dunia 2. Bersama Jendral Gerd von Rundstedt, Manstein memberikan alternatif strategi atas rencana Jendral Franz Halder untuk menyerang Prancis. Asal tahu saja, setelah Perang dunia (PD) 1 Prancis membangun perbentengan masif di sepanjang perbatasan Prancis-Jerman yang dikenal dengan nama Garis Maginot "Maginot Line", hal ini dilakukan sengaja untuk menghadang serangan dari Jerman, belajar dari pengalaman Perang Parit (Trench War) di PD 1.

Alih-alih menyerang langsung dari Negeri-negeri Rendah (Low Countries) yaitu Belgia, Belanda, dan Luxemburg seperti yang direncanakan dan memang sudah diperkirakan oleh pihak sekutu, karena Jerman tidak mungkin nekat menembus Maginot Line. Manstein menyarankan untuk melakukan serangan melalui hutan Ardennes yang sebelumnya tak pernah terbayangkan karena mustahil dilewati. Manstein percaya diri dengan strateginya karena belajar dari pengalaman "serangan kilat" (blitzkrieg) di Polandia yang mengutamakan divisi lapis baja (panzer corps) sedangkan pasukan infanteri menyerang dengan rencana awal yaitu melewati Belgia, untuk mengelabui pasukan sekutu karena mengulang strategi serangan Jerman di PD 1 (Schiefflen Plan). Sementara sekutu berkonsentrasi untuk bertahan maka divisi Panser yang dipimpin oleh Jendral Heinz Guderian akan menguasai titik terlemah Prancis, kota Sedan di sebelah barat Ardennes.

Manstein membayangkan pasukan sekutu akan terbelah dan terkepung. Sekali dayung, dua pulau terlampaui kata pepatah, selain memecah konsentrasi sekutu yang dipimpin oleh Jendral Prancis Maurice Gamelin. Pasukan Jerman juga akan menyerang Garis Maginot dari belakang (outflanked) dan membuyarkan pasukan pertahanan Prancis.Seperti yang Manstein bayangkan, operasi Fall Gelb (Case Yellow) ini sukses besar dan membuat pasukan sekutu kocar-kacir termasuk pasukan inggris (British Expeditionary Force/BEF) yang dikomandani oleh Jendral Gort yang memang disiagakan untuk menghadang Jerman.
Pasukan ini dikejar oleh Erwin Rommel 7th Panzer Division kemudian tercerai berai dan mundur ke Dunkirk yang memaksa Inggris untuk melakukan operasi penyelamatan (Operation Dynamo) pada 198,000 tentara Inggris dan 140,000 tentara Prancis yang terkepung di pantai Dunkirk. Meski Maurice Gamelin kemudian digantikan oleh Jendral Maxime Weygand, ini tidak menghentikan serangan Jerman yang merangsek ke selatan menuju Paris. Prancis menyerah pada tanggal 22 Juni 1940, dua bulan setelah Jerman memulai serangan.Nama Manstein mulai dikenal setelah operasi yang sukses ini karena pada saat itu kekuatan Jerman ketika menyerang lebih sedikit dibandingkan dengan gabungan pasukan sekutu (Prancis, Inggris, Belgia, dan Belanda).

Sukses Manstein kembali terlihat di front timur melawan Soviet pada pertempuran Sevastopol, Kharkov,Perekop Isthmus, dan Kerch. Namun karena pertentangannya dengan Hitler mengenai perlunya menyerang Soviet dan kegagalannya dalam operasi penyelamatan German 6th Army yang terjebak di Battle of Stalingrad, Manstein -yang tidak pernah menjadi anggota partai Nazi- kemudian dicopot oleh Hitler dari jabatannya pada bulan Maret 1944.

Manstein ditangkap dan dipenjara Sekutu pada 1949 dan dibebaskan pada tahun 1953 kemudian menjadi penasehat militer pemerintah Jerman Barat. Dalam bukunya yang terbit pada 1958 "Verlorene Siege" (Lost Victories) Manstein menyatakan bahwa pertempuran melawan Soviet di front timur bisa dimenangkan bila Jerman mengutamakan strategi dari para Jendralnya, bukan dari Hitler.

Thursday, March 26, 2009

Jakarta-Tangerang PP 3x seminggu


Pengalaman menjadi semi "commuter" yang pulang pergi Tangerang-Jakarta pertama kali cukup melelahkan. Sejak seminggu yang lalu saya "sekolah" lagi dengan mengambil short course IT di Binus (Bina Nusantara) Center di Jl.Syahdan di daerah Rawa Belong, ya sekitaran Palmerah-Slipi. Mengingat tempat kos yang cukup jauh di Tangerang dan karena perjalanan menggunakan angkot bisa dibilang tidak mungkin karena perjalanan akan memakan waktu berjam-jam. Jadi saya menggunakan Honda Karisma legendaris AB 3934 WF yang jam terbangnya di Jakarta sudah sangat tinggi, bahkan pernah babak belur sana sini entah karena "ndlosor" di bunderan Gading Serpong sampai pengemudinya berguling-guling hingga harus dilarikan ke RS, atau nyungsep di selokan di daerah Jatiuwung, Tangerang, atau menabrak bapak2 yang tidak bersalah hanya karena si pengemudi "kemrungsung" hingga si bapak keplenet motornya sendiri -untung tidak ada korban luka-luka dalam kejadian ini-.


Nah, perjalanan pertama menuju Binus saya memilih untuk lewat Daan Mogot, bukan Ciledug, apalagi lewat jalan tol jelas nggak boleh karena walaupun Honda Karisma ini tidak kalah beken dengan sedan Jaguar atau Lamborghini Gallardo yang sekarang sudah bersliweran di Jakarta, namun sayangnya rodanya cuma 2, padahal di pintu masuk tol ada larangan "Hanya untuk roda 4 atau lebih" alhasil saya mesti mengalah dan mengambil jalan memutar.


Jangan dibayangkan Daan Mogot itu seperti jalan raya Jogja-Solo yang lengang dan mulus, meskipun 2x lebih lebar tapi penuh dengan angkot yang berhenti seenak wudelnya sendiri sehingga pengemudi roda 2 di jalan ini mesti mahir slalom dan menebalkan kuping karena dimaki pengemudi roda 4. Asal tahu saja profil kendaraan bermotor di Daan Mogot selain roda 2 juga ada roda 3 (baca:bemo atau bajaj yang kata orang kalau mau belok hanya si supir dan Tuhan yang tahu karenanya suka bikin deg2-an pas lagi didekatnya), roda 4 (mobil pribadi, angkot tanggung yang banyak sekali jenisnya, bis kota tanggung macam kopaja), roda 6 (bis antar kota yang gede2, bus transjakarta yang terkenal itu, kadang2 juga ada Forklift yang kecepatannya paling banter 10 km/jam dan bentuknya serem karena di depannya ada garpunya apalagi kalo lagi macet), roda 10 (jenis dump truck kebanyakan Nissan UD warna ijo yang tinggi sekali, truk molen yang hanya berputar2 dan banyak bikin macet di belokan2 sempit), roda 18 (biasanya ini truk peti kemas yang gedenya minta ampun dan menuh-menuhin jalan yang di petinya bertuliskan "Kalla Lines" atau "Maersk", truk penuang semen), roda 20 (ini yang lebih besar lagi biasanya mengangkut mesin-mesin pabrik, pipa-pipa raksasa, atau beton2 untuk jembatan layang, truk yang ada katrolnya), kemudian roda 28 (truk gandeng), dan yang terakhir roda 31 (truk ngapusi, mana ada roda 31..hehe)


Nah dengan profil yang demikian tentu saja jalanan menjadi penuh sesak, apalagi bila ada jalan menanjak sedikit saja maka antrian akan mengular panjang contohnya tepat di atas jembatan Cengkareng Drain yang tidak pernah absen macetnya, hal ini membuat para pengendara roda 2 menjadi kreatif dan menyerobot jalur busway, sebuah aksi yang seru akan terjadi kalau tiba-tiba di salah satu persimpangan jalur busway --biasanya di dekat terminal Kali Deres- ada seorang polisi yang nampang dari jauh udah kelihatan jaket kuning menyalanya kemudian berbondong-bondong para pengemudi roda 2 yang menyerobot tadi berbelok tergesa-gesa mengangkat motornya keluar dari jalur busway seperti ibu2 yang mencincing dasternya --biasanya di musim hujan di sekitar Cengkareng Drain juga-- mereka menyelamatkan diri ke jalan karena banjir, kecuali 1-2 pengendara yang apes kena tilang 25 ribu melayang.Perjalanan via Daan Mogot tidak jauh beda kondisinya ketika sampai di bilangan Grogol yang penuh dengan manusia pagi-siang-malam, hingga jam 11 malam perempatan itu masih penuh dengan manusia.


Kemacetan lebih parah secara rutin terjadi di lajur Grogol-Tomang sekitar pukul 6 sore yang "bangjo"-nya menyala hijau selama 25 detik dan merah selama 115 detik jadi antriannya bisa sampai 1-2 kilometer. Begitu pula di jalur Tomang-Slipi Jaya yang juga penuh sampai roda 2 saja yang biasanya bisa lincah seperti kancil kali ini ikut merayap bersama ribuan mobil pribadi dan bus-bus PPD ringsek (Perusahaan Pengangkutan Djakarta) yang asap knalpotnya hitam membumbung tinggi.Baru setelah Slipi Jaya jalanan menjadi relatif lebih lega namun yang merepotkan di jalur Slipi Jaya - Kemanggisan - Rawa Belong ini adalah banyaknya jalan 1 arah sehingga harus berputar-putar alhasil perjalanan Tangerang - Rawa Belong paling cepat 2 jam dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam sudah terhitung macetnya. Dalam kondisi normal perjalanan memakan waktu paling lama 50 menit tentu saja dengan dengan Honda Karisma AB 3934 WF yang legendaris itu. :D

Saturday, February 28, 2009

Sejarah Pendidikan di Nusantara

Kata “guru” diserap dari bahasa sansekerta yang juga berarti “guru” yang arti harfiahnya adalah “berat”. Dalam agama Hindu guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan bagi para muridnya, guru juga bisa berarti simbol bagi suatu tempat yang suci yang berisi ilmu (vidya). Bahkan dalam agama Budha murid memandang gurunya sebagai jelmaan dari Budha sendiri atau Bodhisattva yang memandu muridnya menuju jalan kebenaran. Sejarah nusantara mencatat institusi pendidikan formal tertua didirikan di Kerajaan Sriwijaya antara 427 – 1197 SM, sekolah ini merupakan bagian dari Universitas Nalanda yang berada di sebelah tenggara Kota Patna, India. Salah satu universitas tertua di dunia ini pernah mengakomodasi 10.000 murid dan 2.000 guru yang berasal dari berbagai bangsa termasuk dari Sriwijaya. Mereka yang menuntut ilmu disini belajar agama Budha dalam berbagai aliran terutama aliran Vajrayana, Mahayana, dan Theravada.

Setelah sekolah itu hancur sejalan dengan mundurnya Kerajaan Sriwijaya, tidak ada lagi institusi pendidikan formal yang terorganisasi seperti sebelumnya. Memang kemudian setelah agama Islam masuk ke Nusantara muncul institusi pendidikan seperti pesantren yang berdiri secara mandiri di banyak daerah namun tidak terorganisir dengan baik sehingga sangat tergantung pada figur pemimpinnya atau kiai-nya.Ketika itu secara umum pengertian dari kata “guru” berkembang sangatlah luas, bahkan alam dan pengalaman hidup pun bisa menjadi guru bagi kita. Namun secara spesifik yang dimaksud disini adalah guru sebagai pengajar, sebagai seseorang yang melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa-siswanya sehingga mereka yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak paham menjadi paham mengenai berbagai fenomena yang terjadi di sekitar mereka tidak hanya sebatas mengenai pengetahuan agama saja.


Sampai masa penjajahan Belanda seseorang yang dipanggil “guru” adalah seseorang yang memiliki ilmu lebih tinggi dalam bidang tertentu yang kemudian mengajarkan ilmunya kepada orang lain misalnya seseorang yang mendalami agama Islam kemudian mengajarkan ilmu membaca kitab suci kepada orang lain disebut guru ngaji, atau seseorang yang pandai beladiri mendirikan padepokan pencak silat supaya orang lain bisa belajar silat disebut guru silat.


Pada tanggal 17 September 1901 Ratu
Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Politika yang meliputi:


1. Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian
2. Emigrasi atau pemerataan jumlah penduduk, mengajak penduduk untuk bertransmigrasi
3. Edukasi, memperluas bidang pengajaran dan pendidikan pribumi


Munculnya kecenderungan ini berawal dari pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan
pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa. Tokoh-tokohnya adalah C.Th Van Deventer (politikus), E.F.E Douwes Dekker, dan Pieter Brooshooft (wartawan koran De Locomotief). Pengaruh politik etis untuk memajukan pendidikan terutama dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan adalah Mr. JH Abendanon (1852-1925) yang istrinya berkorespondensi aktif dengan R.A Kartini dan menginspirasi Kartini untuk mengajar dan mendirikan sekolah kecilnya sendiri, surat-surat mereka diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Abendanon juga menteri kebudayaan, agama, dan kerajinan Belanda selama 5 tahun (1900-1905). Selama masa ini berdiri sekolah-sekolah baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa hampir di semua daerah.


Namun kesadaran akan perlunya pendidikan bagi rakyat pribumi sudah jauh diungkapkan jauh sebelum itu, seperti yang dikatakan oleh Pangeran Ario Hadiningrat mengenai ayahnya Pangeran Ario Tjondronegoro, Bupati Demak pada tahun 1850-1866. Ario Hadiningrat bercerita kepada anaknya Pangeran Achmad Djajadiningrat, yang kemudian menjadi Bupati Serang mengenai kesadaran kakeknya tentang pentingnya pendidikan (Toer, 2003) :

“ Dia dapat memahami keadaan dengan baik. Sudah sejak 1846, waktu belum ada pikiran buat memberikan pendidikan pada pribumi, ya bahkan pengajaran Eropa pun masih banyak celanya, ia telah ramalkan apa yang segera bakal terjadi. Ia ambil tindakan-tindakan untuk memberikan pendidikan pada putra-putranya, yang sama sekali tidak dipahami oleh rekan-rekannya, bahkan dicela pula oleh banyak orang”

Pangeran Ario Tjondronegoro merupakan bupati pertama yang memberikan pendidikan kepada putra-putranya dengan jalan mendatangkan seorang guru ke rumah bagi mereka. Waktu itu Bahasa Belanda merupakan satu-satunya bahasa ilmu pengetahuan, karena itu tinggi rendahnya pengetahuan seseorang dapat diukur dari tinggi rendahnya pengetahuannya tentang bahasa Belanda. Pada tahun 1902 di seluruh Jawa dan Madura hanya ada 4 orang Bupati yang pandai menulis dan berbicara Belanda ; P.A Achmad Djajadiningrat (Bupati Serang), R.M. Tumenggung Kusumo Utoyo (Bupati Ngawi), Pangeran Ario Hadiningrat (Bupati Demak, paman R.A Kartini), dan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat (Bupati Jepara, ayah R.A Kartini). Sedang di Cirebon ada beberapa orang Bupati yang sedikit-sedikit saja mendapat didikan (Toer, 2003).


Sedangkan pemerintah Hindia Belanda mengakomodasi peraturan pendidikan dasar untuk masyarakat pada waktu Hindia Belanda pertama kali pada tahun
1848, dan disempurnakan pada tahun 1892 di mana pendidikan dasar harus ada pada setiap Karesidenan, Kabupaten, Kawedanaan, atau pusat-pusat kerajinan, perdagangan, atau tempat yang dianggap perlu. Peraturan ini terbatas untuk pendidikan warga Belanda saja dan segelintir warga pribumi terutama dari kelas sosial tertentu saja. Peraturan yang terakhir (1898) diterapkan pada tahun 1901 setelah adanya Politik Etis atau Politik Balas Budi dari Kerajaan Belanda, yang diucapkan pada pidato penobatan Ratu Belanda Wilhelmina pada 17 September 1901, yang intinya ada 3 hal penting: irigrasi, transmigrasi, dan pendidikan.


Setelah 1901 pendidikan relatif lebih merata dan setiap penduduk pribumi memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar. R.A Kartini mendirikan sekolahnya pada akhir 1903 di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang dan diteruskan oleh keluarga Van Deventer pada tahun 1912 dinamakan Sekolah Kartini. Pada tahun 1918 Muhammadiyah yang dipimpin oleh KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah formalnya Madrasah Muallimin Muhammadiyah sebagai sekolah kader di Yogyakarta, sedangkan Perguruan Taman Siswa lahir pada tanggal 3 Juli 1922 didirikan oleh Ki Hajar Dewantara.


Bagi warga elite Eropa waktu itu, seorang anak mendapatkan pendidikan dasar di ELS (Europeesche Lagere School) yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Belanda. Awalnya hanya terbuka bagi warga Belanda di Hindia Belanda, sejak tahun
1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang mampu dan warga Tionghoa. Setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah HIS (Holandsche Indische School), maka ELS kembali dikhususkan bagi warga Belanda saja. Sekolah khusus bagi warga pribumi kemudian dibuka pada tahun 1907 (yang pada tahun 1914 dinamakan HIS), sementara sekolah bagi warga Tionghoa, Hollandsch-Chineesche School (HCS) dibuka pada tahun 1908.


Selain sekolah-sekolah swasta pribumi pertama tersebut, pada jalur resmi pendidikan di Hindia Belanda seorang anak pribumi masuk HIS pada usia 6 th dan tidak ada Kelompok Bermain (Speel Groep) atau Taman Kanak-Kanak (Voorbels), sehingga langsung masuk HIS dan selama 7 tahun belajar untuk mendapatkan ijazah sekolah dasar. Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya memilih jalur HCS (Hollands Chinesche School) karena selain bahasa pengantar Belanda, juga diberikan bahasa Tionghoa. HIS ini kemudian yang diadaptasi pemerintah Republik Indonesia (RI) menjadi Sekolah Dasar (SD) yang saat ini dilalui dalam jangka waktu 6 tahun.


Selain HIS pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan Tweede Inlandsche School atau Sekolah Kelas Dua atau Sekolah Ongko Loro merupakan Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar dengan masa pendidikan selama Tiga Tahun dan tersebar di seluruh pelosok desa. Maksud dari pendidikan ini adalah dalam rangka sekedar memberantas buta huruf dan mampu berhitung. Bahasa pengantar adalah bahasa daerah dengan guru tamatan dari
HIK (Holandsche Indische Kweekschool) . Bahasa Belanda merupakan mata pelajaran pengetahuan dan bukan sebagai mata pelajaran pokok sebagai bahasa pengantar. Namun setelah tamat sekolah ini murid masih dapat meneruskan pada Schakel School selama 5 tahun yang tamatannya nantinya akan sederajat dengan Hollandsche Indische School. Tokoh Indonesia seperti HAMKA, Soeharto, dan Adam Malik merupakan lulusan sekolah ini.


Guru-guru formal pribumi pertama adalah guru tamatan HIK yang kemudian mengajar di Sekolah Kelas Dua ini. Kweekschool adalah salah satu sistem pendidikan di zaman Hindia Belanda, terdiri atas HIK (Holandse Indische Kweekschool, atau sekolah guru bantu yang ada di semua Kabupaten) dan HKS (Hoogere Kweek School, atau sekolah guru atas yang ada di
Jakarta, Medan, Bandung, dan Semarang, salah satu lulusan HKS Bandung adalah Ibu Soed. Europese Kweek School (EKS, sebangsa Seolah Guru Atas dengan dasar bahasa Belanda dengan maksud memberi ijazah untuk mengajar di sekolah Belanda, yang berbeda dengan HKS) yang hanya diperuntukan bagi orang Belanda atau pribumi ataupun orang Arab/Tionghoa yang mahir sekali berbahasa Belanda, dan hanya ada di Surabaya. Pada waktu itu misalnya satu kelas ada 28 orang, maka terdiri 20 orang Belanda, 6 orang Arab/Tionghoa, dan 2 orang pribumi. Selain itu juga dikenal HCK atau Hollandsche Chineesche Kweekschool khusus untuk yang keturunan Tionghoa, salah satu lulusan HCK adalah P.K. Ojong yang sekarang menjadi CEO Grup Kompas-Gramedia. Di Muntilan ada Katholieke Kweek School atau sebangsa seminari khusus untuk guru beragama Katholiek yang didirikan pada tahun 1911 dengan nama Kolese Xaverius Muntilan, lulusannya (yang pandai main musik) adalah antara lain Cornel Simanjuntak. Setelah K.H.A. Dahlan mengujungi Muntilan, maka beliau juga terinspirasi mendirikan bagi orang Islam, yaitu Muallimin di Yogyakarta pada tahun 1918.


Setelah seorang anak Eropa mendapatkan ijazah ELS atau seorang anak pribumi mendapatkan ijazah sekolah dasar dari HIS selama 7 tahun atau persamaannya (Sekolah Kelas Dua + Schakel School) selama 3 tahun + 5 tahun (8 tahun), seorang anak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah menengah (MULO, HBS, atau Kweekschool). Pada masa itu seorang anak dari golongan eropa atau elite pribumi dapat meneruskan pendidikannya di HBS (Hogere Burger School). HBS adalah sekolah lanjutan tingkat menengah pada zaman
Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa atau elite pribumi dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.HBS setara dengan MULO + AMS atau SMP + SMA, namun hanya 5 tahun. Pada waktu itu HBS hanya ada di kota Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, dan Medan. Sukarno merupakan salah satu lulusan HBS Surabaya sebelum melanjutkan kuliah di THS (Technische Hooge School) atau sekarang ITB (Institut Teknologi Bandung).
Sedangkan bagi kalangan pribumi biasa bisa melanjutkan sekolahnya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Pada masa sekarang ini, MULO setara dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Meer Uitgebreid Lager Onderwijs berarti "Pendidikan Dasar Lebih Luas". MULO menggunakan
Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pada akhir tahun 30-an, sekolah-sekolah MULO sudah ada hampir di setiap kota kawedanaan (kota kabupaten). Jenjang pendidikan ini dilalui selama 3 tahun, tidak seperti HBS yang lulusannya bisa langsung melanjutkan pendidikan tinggi di jenjang kuliah, lulusan MULO harus melanjutkan terlebih dahulu di AMS (Algemeene Midelbare School) selama 3 tahun lagi, sekolah ini sekarang disebut SMA (Sekolah Menengah Atas)


Banyak orang tua murid menyekolahkan anaknya ke AMS, karena dengan harapan dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu misalnya ke THS di Bandung (Technische Hooge School - didirikan tahun 1920 - sekarang - Institut Teknologi Bandung - ITB), RHS di Jakarta (Rechts Hooge School - didirikan tahun 1924 - sekarang Fakultas Hukum UI Jakarta), atau GHS di Jakarta (Geneeskudige Hooge School - didirikan tahun 1924 - sekarang Fakultas Kedokteran UI Jakarta) sebelumnya sekolah ini bernama STOVIA (School Tot Opleiding van Indische Artsen) yang berdiri sejak 1853, ke Bogor di Landbouw Hooge School - didirikan tahun 1940 - sekarang Institut Pertanian Bogor - IPB. Melalui AMS berarti harus menyelesaikan MULO lebih dahulu yang tersebar di semua kabupaten, sedangkan kalau melalui HBS hanya ada di Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, atau Medan.


AMS memiliki beberapa jurusan, Jalur A afdeling atau SMA Bagian-A pada tahun 1951 atau sekarang jurusan IPS, di mana akan ditekankan pada ilmu sastra dan budaya, jalur ini hanya untuk meneruskan ke RHS saja. Jalur B afdeling atau SMA Bagian-B pada tahun 1951 atau sekarang jurusan IPA, di mana akan ditekankan pada ilmu alam dan ilmu pasti, jalur ini dapat ke semua jurusan RHS, THS, GHS, ataupun LHS. Pada waktu itu, para guru AMS berpendidikan tinggi dari RHS, THS, GHS, ataupun LHS. Sehingga misalnya guru aljabar pada umumnya menyandang gelar Ir., guru sejarah menyandang gelar Mr., atau guru botani menyandang gelar dokter (Arts).


Selain melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah, lulusan HIS juga bisa melanjutkan pendidikannya ke jalur pendidikan khusus pamong praja seperti OSVIA (Opleiding School voor Indlandsch Ambtenaren) selama 5 tahun untuk langsung bekerja sebagai pamong praja, sekolah ini juga disebut “sekolah menak” karena murid-muridnya kebanyakan adalah anak para priyayi seperti bupati, patih, atau wedana. OSVIA didirikan pada tahun 1879 di Bandung. Pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan sekolah yang serupa yaitu MBS (Middlebare Besture School) di Malang. Sekarang sekolah ini berubah nama menjadi IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri) yang ada di Jatinangor, Bandung, Jawa Barat dan IIP (Institut Ilmu Pemerintahan) yang ada di Jakarta.

Friday, February 13, 2009

Realitas dan Hiperrealitas



Seorang suami membunuh istrinya sendiri gara-gara sang istri mengubah status dalam facebook-nya yang tadinya “In Relationship” menjadi “Single”, memang suami-istri tersebut sudah lama tidak tinggal serumah namun ternyata si suami gemar mengintai istrinya lewat jejaring sosial dunia maya tersebut sehingga emosinya memuncak ketika dirinya merasa “ditiadakan” dengan mengaku masih single kepada kawan-kawannya di komunitas internet (www.tempointeraktif.com, 6 Februari 2009). Di sudut kota yang lain seorang anak kelas 5 SD tidak pulang hingga 3 hari sehingga orangtuanya melapor ke polisi karena khawatir anaknya diculik, ternyata kemudian si anak “ditemukan” masih berseragam sekolah sedang asyik bermain game online di sebuah di game center tidak jauh dari rumahnya hingga lupa pulang.

Kedua fenomena ekstrem tersebut benar-benar terjadi dan dalam intensitas yang lain banyak terjadi di sekitar kita, bahkan kita sendiri kerap mengalaminya. Dalam hal ini jejaring maya yang dimanifestasikan dalam world wide web (baca : www) menjadi realitas baru bagi sebagian orang. Setiap realitas dicirikan oleh satu tingkat kesadaran yang spesifik mulai dari intensitas yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari, sampai tingkat intensitas yang lebih rendah dalam tidur atau mimpi. Realitas kehidupan (the paramount reality), adalah salah satu bentuk realitas dalam dunia kehidupan. Ia kita alami dalam kondisi terjaga sepenuhnya, bersifat self evident, tertata, dan objektif dan kita percayai sebagai sesuatu yang kenyataan tertinggi dan kita terima apa adanya sebagai sesuatu yang “di sini” dan “saat ini” dalam sudut pandang seorang rasionalis. Sedangkan realitas-realitas yang lain hadir dalam wilayah makna yang terbatas. Realitas yang lain tersebut ada sebagian merupakan konstruksi dari kesadaran kita. Seorang individu bisa mengalami realitas-realitas tersebut sepanjang hari, tapi kesadarannya akan tetap selalu kembali ke realitas kehidupan sehari-hari. Perjalanan antar-realitas ini seperti naik turunnya layar dalam panggung teater (Berger & Luckman, 1990).

Hal ini tidak menjadi masalah yang umum hingga munculnya bentuk-bentuk media komunikasi yang baru, yang tidak hanya bertindak sebagai “realitas kamera” untuk membedakan dengan realitas peristiwa non komunikasi. Dalam kerangka ini media sebagai blodok atau transitnya ilmu pengetahuan dan teknologi (mediametamorfose) kemudian meluruh dan menyatu dengan realitas kehidupan. Lima puluh tahun yang lalu radio masih menjadi alat komunikasi utama yang mengirimkan pesan dari komunikator dalam bentuk verbal kemudian ditransformasikan melalui gelombang (blodok) untuk kemudian diterima komunikan sebagai pesan verbal kembali, dalam kasus ini masih ada pembatas atau jarak antara pemberi pesan dengan penerima pesan yang berwujud gelombang-gelombang radio. Seseorang tidak akan “kecanduan” radio karena realitas radio cukup jauh dengan realitas kehidupan, realitas radio dimanifestasikan lewat gelombang yang diterima dalam bentuk audio melalui salah satu indera manusia berupa telinga. Sehingga seseorang dengan mudah akan mempersepsikan suara yang didengarkan sebagai sesuatu yang “tidak disini” dan “bukan saat ini” sebagaimana realitas kehidupan.

Tahun 1988, John Walker mengusulkan sebuah proyek “Pintu masuk ke dalam cyberspace” dengan moto “Reality is not enough anymore” . TV, komputer, dan internet telah mendorong orang mulai mempertimbangkan alternatif realitas lain di luar realitas kehidupan sehari-hari. Teknologi informasi multi-media telah memperkenalkan hiperrealitas, simulasi, dan virtual reality yang tidak bisa lagi dilihat hanya sebagai cermin dari realitas kehidupan, namun sebagai others (Budiman, 2002) atau realitas lain yang memiliki level kesadaran yang sama dengan realitas kehidupan sehari-hari. Teknologi informasi multi-media tersebut tidak hanya menyasar indra pendengaran, namun lebih dari itu merupakan teknologi yang memberikan stimulus pada sensasi pendengaran, penglihatan, dan sentuhan (vibrasi). Dengan begitu teknologi ini sudah hampir mendekati stimulus realitas kehidupan sehari-hari yang direspon oleh kesadaran melalui lima macam indra (pendengaran, penglihatan, sentuhan/tekanan, penciuman, dan pengecap).

Menurut David Hume (1711-1776), seorang filsuf dari Inggris mengatakan bahwa manusia memiliki dua jenis persepsi, yaitu kesan dan gagasan. Yang dimaksud dengan “kesan” disini adalah penginderaan langsung atas realitas lahiriah. Sedangkan “gagasan” adalah ingatan akan kesan-kesan semacam itu. Jika tangan kita menyentuh api, kita akan mendapatkan “kesan” panas dan segera hindari. Setelah itu kita dapat mengingat bahwa tangan kita terbakar. Kesan lebih kuat dan lebih hidup daripada ingatan reflektif tentang kesan tersebut (gagasan). Kerangka ini memperkuat bahwa realitas kehidupan sehari-hari atau realitas lahiriah merupakan bentuk gagasan-gagasan yang kompleks yang merupakan refleksi dari respon-respon indra yang “disimpan” dalam pikiran. Sehingga sebuah apel bisa jadi memiliki bentuk yang lain sebagai “apel itu sendiri” bukan sebagai apel yang dipersepsikan oleh indra manusia, karena warna apel yang hijau hanya karena panjang gelombang cahaya yang diterima oleh mata adalah panjang gelombang warna hijau, rasa apel yang manis karena lidah kita merasakannya sebagai rasa manis, kontur apel yang halus karena indra perasa kita merasakannya halus.

Sehingga menurut pandangan ini sesuatu yang kita anggap “nyata” atau “real” adalah sesuatu yang relatif dan bisa dimodifikasi. Wilayah ini yang kemudian digarap oleh teknologi informasi yang menawarkan dan menjual realitas alternatif disamping realitas kehidupan sehari-hari. Masyarakat Indonesia sudah semakin akrab dengan teknologi multi media yang hadir sebagai hiperrealitas meskipun lebih sering gagap dalam menghadapinya. Sehingga hiperrealitas menjadi pedang bermata dua yang bisa dimanfaatkan secara positif atau sebaliknya justru mencelakakan seperti si istri yang kemudian dibunuh atau si anak yang kecanduan game online, keduanya memiliki benang merah karena keduanya “tenggelam” dalam realitas alternatif berupa jejaring dunia maya yang nampaknya masyarakat Indonesia belum siap menghadapinya sehingga justru terkurung dalam realitas semu yang menguasai atau berada di atas realitas kehidupan sehari-hari. Berbagai realitas baru yang maya mengurung masyarakat dari setiap arah : ekonomi virtual, politik virtual, budaya virtual, hubungan sosial virtual, media virtual. Sebaliknya meski lebih banyak efek buruknya, misalnya masyarakat barat sudah mampu mengambil sisi positifnya sebagai wahana untuk mengkampanyekan lingkungan yang sehat dan menggalang dana sosial, tentu saja pemanfaatan ini harus mengkombinasikan realitas virtual dengan tetap berpijak pada realitas sehari-hari.

Friday, February 6, 2009

Jakarta Padrover Adventure #1


Karena publikasi dalam bentuk foto belum juga di upload. Mere kehilangan chargerkamera Kodak 10.1 Mp-nya dan Dinaya tampaknya masih berusaha untuk belajar meng up load foto di facebook barunya, sayang hingga saat ini belum juga nongol. Maka supayatidak kehilangan momen saya tulis saja. Konon sejarah berawal dari tulisan, makasaya merasa tidak bertanggung jawab jika tidak menorehkan secuil tulisan yangmenceritakan peristiwa kecil bersejarah (soalnya jalan2nya di situs sejarah) di hari Minggu pagi 1 Februari 2009 itu...hehe
Bermula dari diskusi sebelum tidur, kala itu saya yang baru "jaga malam" di RSP Pertamina bertemu dengan dek Sandya, lulusan arsitektur UGM yang sekarang bekerja di sebuah bank pelat merah yang kebetulan juga sedang "fesbukan". Dalam diskusi yang kurang bermutu tersebut muncul ide untuk menggelar kembali acara kumpul-kumpul Padrover (baca : Ambalan YS-K) kompartemen Jakarta dan sekitarnya Akhirnya kami setuju untuk mengadakan pertemuan yang pertama berjudul "Jelajah Museum Jakarta #1" Ide, tujuan, sekaligus visi dan misinya adalah kita ingin keliling dari museum ke museum di bilangan Kota tua Jakarta dan berfoto-foto disana. titik.
Berangkat dengan ide, tujuan, visi, dan misi yang teramat sederhana tersebut saya dan sandya berusaha memobilisasi dan mendata para mantan personel Padrover yang sekarang terdampar dan berserak di Jabodetabek. Search engine saya menemukan nama Merejanah_deux, yang ternyata nama samaran dari Meredian Alam, seorang jebolan Padmanaba yang nunggak setahun. Mendengar ide tersebut, Mere yang kini bekerja di sebuah perusahaan multinasional yang punya fitnes center sendiri di daerah Cilandak itu tak terkira girangnya bahkan saya langsung diminta untuk menginap di kos-kosan elitnya. Mungkin karena rekan-rekan sekantornya tidak dapat memahami penolakan prinsipalnya terhadap dunia dugem yang mereka gemari jadi bisa dibilang Mere jarang "dolan" (yang dalam kamus Padrover dolan selalu berarti kumpul-kumpul, foto-foto, njuk mangan-mangan) bersama generasi ajep-ajep ini.
Sementara itu kawan Sandya memobilisasi personel dari kawasan Jakarta Pusat dan sekitarnya dan menemukan makhluk-makhluk aneh dari tlatah mataram bernama Dinaya, Risti,dan Ratna.
Alhasil hari H-1 saya meluncur ke Cilandak dengan motor legendaris AB 3934 WF keluaran tahun 2004 yang baru saja saya servis di Ahass dua minggu sebelumnya tapi rantainya sudah kembali dol. Perjalanan Karawaci - Serpong - Ciledug - Kebayoran Lama - Permata Hijau - Pondok Indah - Lebak Bulus- cilandak memakan waktu 2 Jam lebih sedikit, ternyata rute itu lebih jauh dari yang saya bayangkan dibandingkan rute biasanya yang saya pakai untuk menuju daerah Jakarta Selatan via Ciputat. Mendung sudah menggantung di langit sore ketika motor saya melaju melewati Cilandak Town Square menuju gedung Ratu Prabu 2, tempat saya bertemu Mere yang sudah bermandi keringat karena habis fitness.
Malamnya...anda bisa bayangkan sendiri lah. Saya sendiri di kamar bersama Mere sekasur, sebantal berdua ditemani majalah-majalah semacam Men's Health baik yang impor maupun lokal dan terserak pil-pil steroid penumbuh otot berdampingan dengan kecap bango dan wader goreng. hehe..
Minggu pagi setelah sarapan di warteg, saya, Mere, helm baru Mere, 2 botol Nu Tea, sekaleng abon, dan dua buah kamera digital berangkat menuju Kota tua. Tak berapa lama kemudian kami sudah duduk persis di depan Museum Fatahillah dengan menikmati bekal abon kami. Setengah jam kemudian muncul seseorang dari kejauhan, dengan kostum batik coklat dan sampai jarak 100 meter saya masih belum mengenali identitasnya setelah saya terkaget-kaget ternyata Dinaya sudah bukan Dinaya yang dulu lagi. Dinaya yang sekarang sangat langsing, tentu saja kata langsing disini jangan dibandingkan dengan langsing-nya Mas Joko atau Mas Juan, tapi dibandingkan dengan "appearrance" terakhir kali saya melihatnya (3-4 tahun yang lalu) sudah dapat dibilang revolusioner. Selamat Din ! Tak lupa Dinaya membawa amanah kakaknya Asa Paramesti untuk membagikan sovenir manten berupa cermin-cermin kecil yang lucu sekantong penuh dengan setengah memaksa, ben gawanane mulih enteng katanya.
Ketika Mere dan Dinaya sedang poto-poto "pre-wedding" muncul mbakRisti dari kejauhan dengan kaus biru dan jilbab kriwil-kriwilnya. Tak ada perubahan yang signifikan dari senior yang satu ini selain dirinya sudah pindah kerja menjadi anak buahnya Sudi Silalahi di sekneg.
Cukup lama kami menunggu tim inti yang lain sampai kami memutuskan untuk berjalan dulu menuju museum wayang di sebelah barat Museum Fatahillah, museum ini tidak begitu indah ketika masuk suasana terlihat gelap, lembab, dan suram. Terlihat beberapa orang wira-wiri dan dua orang penjaga tiket berbaju batik terlihat ogah-ogahan melayani Tiket masuk seharga 2 ribu per orang itu pun terasa cukup mahal dibandingkan kondisi museumnya, kami harus meniti anak tangga yang berderit-derit, tidak boleh poto2, dan display wayangnya yang tidak ergonomis bagi pengunjung. Mere sampai kasihan dengan wayang-wayang lusuh yang saling berdesak-desakkan itu.. "Kok ra do sumuk yo" katanya.Mungkin saja kalau malam mereka hidup dan berjalan-jalan untuk cari es teh dan melepas lelah karena dipajang di ruang pengap. Belum 20 menit berjalan tahu-tahu rute sudah verbodden dengan tulisan "SEDANG DIRENOVASI" meski kami tidak melihat tanda-tanda adanya renovasi. Wah nyebai, batinku. Kami kemudian harus berbalik lagi. Untungnya Sandya bersama Ratna sudah sms bahwa mereka akhirnya sudah sampai dan sudah nongkrong di depan museum Fatahillah. Kami pun cepat-cepat keluar sebelum wayang-wayang seram itu bangun dan mengejar.
Tepat jam setengah 12 siang kami ber-enam anggota JakPad (Jakarta Padrover) masuk ke bekas kantor gubernur jendral Hindia Belanda tersebut. Sesuai dengan visi misi semula kami pun berfoto-foto di dalam museum, di samping prasasti kebon kopi dan prasasti ciaruteun. Kami berpikir bahwa tidak begitu penting untuk membaca secara lengkap isi prasasti tersebut, jadi kami lanjut saja. Selain karena rame dan cukup pengap juga maka kami kemudian menuju taman di halaman belakang museum, disanalah Mere dan Sandya memuaskan hasrat narsisnya untuk melakukan pose-pose hot, terutama Mere yang seperti menemukan bakat alamnya sebagai model, sengaja dirinya berpose sampai 12 kali, kalau 10 kali kurang katanya, cuma sampai Oktober doang. Memang hasrat terpendamnya mau ndaftar jadi model kalender. Seingat saya esensi kegiatan ini tidak memasukkan unsur pendidikan, jadi memang tidak perlu menceritakan asal-usul gedung museum tersebut, hehe
Tadinya kami mau dhuhur di taman tersebut namun karena penuh sesak dengan pengunjung maka kami berenam memutuskan untuk lanjut ke museum berikutnya Museum Bank Indonesia dengan koleksi numismatiknya. Sepanjang jalan dua kamera digital Mere dan Dinaya tidak berhenti jeprat-jepret ditemani bakpao dan es potong. Sayang tidak ada kucing lewat untuk meden-medeni Sandya yang kucingphobia itu.
Setelah sholat di komplek museum BI kami pun mencari best spot untuk background foto bersama, akhirnya kami menemukan lorong bangunan lama yang cukup unik, kayak lorong2 di benteng vredeburg. Supaya tidak bosen saya mengusulkan supaya fotonya sambil loncat, tapi dasar cuma segerombol mantan-mantan yang sudah berumur untuk meloncat dua kali pun kami sudah ngos-ngosan. :DBaru sampai depan pintu masuk Sandya sudah heboh karena "Pintune mbukak dewe..!". Memang makhluk satu ini belum lama turun dari lereng gunung merapi untuk mengadu nasib di Jakarta, jadi kami pun memaklumi keheranannya akan teknologi mutakhir..hehehe,Bertolak belakang dengan dua museum sebelumnya, museum ini jauh lebih keren, ber-ac, dengan monitor flat dimana-mana sebagai penuntun pengunjung memahami sejarah bank Indonesia. Masuknya pun gratis.
Atraksi yang pertama adalah atraksi menangkap uang,dan yang paling penting boleh moto! Meski tidak boleh pake lampu flash. Wahana ini sangat menarik. Dalam ruangan yang gelap dan sejuk seperti di planetarium dengan bintang2nya terdapat gambar2 koin 3 dimensi yang beterbangan, melalui sensor bayangan pengunjung diminta untuk melingkarkan tangannya ke atas (seperti menyuruh anak2 pramuka untuk membentuk formasi melingkar), nah apabila gambar uang yang beterbangan itu masuk ke bayangan melingkar kita, maka uang itu akan berhenti sendiri dan muncul keterangan mengenai jenis koin, jaman apa koin itu digunakan sebagai alat tukar, dan berapa nilainya. Kami pun kegirangan bermain-main disini hingga pengunjung lain tergusur dengan polah kami yang gak karuan.
Perjalanan pun dilanjutkan ke ruangan diorama yang menggambarkan sejarah ekonomi dan model transaksi di nusantara dengan monitor2 layar sentuh kami melihat video mengenai cerita awal berdirinya bank Indonesia. Ruangan itu begitu bersih dan apik, terawat, dan alur pengunjung disesuaikan dengan waktu dari hindia belanda hingga jaman reformasi. Hingga di luar ruangan tersebut kami masih terpesona dan kembali berfoto-foto di dalam kompleks yang menyerupai Sekolah Sihirnya Harry Potter, ada kain-kain yang dipasang memanjang melayang di atap begitu banyak dan rapi. Sampai kami lupa rutenya ke arah selatan, kami malah foto-foto di taman yang bukan bagian dari alur pengunjung sampai diperingatkan dan diusir petugas, hehe.
Ruangan berikutnya adalah ruangan koleksi uang, ruangan itu bekas lemari besi yang sangat luas dengan pintu yang sangat tebal kayak di film2 yang ada perampokan bank-nya itu lho..Disana disimpan koin-koin dari jaman Majapahit hingga jaman modern, namun alur yang kami lalui terbalik jadi cerita yang kami baca disitu agak nggak nyambung, wah wis.Setelah terkagum-kagum dengan koleksi uangnya kami berfoto-foto (lagi) disana sampe puas. Tidak lupa sebelum keluar museum Dinaya meninggalkan gambar tangannya untuk dipajang di papan "saran dan pesan" di dekat pintu masuk. Supaya besok kalau mampir lagi bisa bilang "Kita dulu pernah kesini lho..la ini tanda tangannya" hehehe..Hingga waktu mau pulang kami baru sadar bahwa seharian baru makan bakpao, menyadari bahwa Mere satu-satunya personel yang bekerja di perusahaan yang ada fitness centernya (opo hubungane yo?) maka penanggung jawab utama urusan konsumsi adalah Mere, dan seperti dugaan kami Mere memang baik hati dan rajin menabung jadi kami bisa dengan santai ber-FGD di sebuah restoran fast food di stasiun kota sambil menentukan The Next Spot untuk kami kunjungi di PADROVER JAKARTA ADVENTURE #2!!!
Sebagai informasi bagi kawan-kawan yang mau bergabung, the next spot adalah TMS (Taman Marga Satwa) Ragunan, hari Minggu 1 Maret 2009 ! Yang mau bergabung bisa segera menghubungi Mere, Sandya, Dinaya, Ratna, Risti, atau Saya dengan uang pendaftaran 10rb gratis uang iuran bulanan (hehe ora ding..)

BK. Wijaya